Rabu, 16 September 2009

penampilan khas Musik country

Country road... take me home... to the place I belong... West Virginia.... Mountain momma, take me home. Country road... Lagu yang disuarakan John Denver itu seakan menjadi lagu wajib bagi pencinta musik country dan terkesan tidak ada matinya.

Yiiiihaaa!!! Musik country agaknya kian mendapat hati lengkap dengan dandanan khas ala koboi dan cowgirl-nya. Sepatu boots, kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak atau kemeja ala greyhound western, top koboi dan sabuk besar dengan plat logam yang ciamik...

Tak heran, musik yang identik dengan penampilan khas ala dunia rodeo itu lantas banyak disadur dan menjadi suatu tren gaya hidup di Tanah Air belakangan ini.

Tengok saja, pesta tema yang mengusung dress code dan atmosfer western style tersebut makin marak digelar dan seakan menawarkan aura baru yang menarik untuk 'dicicipi.'

Sebuah stasiun televisi swasta pada perayaan ulang tahunnya baru-baru ini bahkan mengeset dekorasi penjuru kantornya dengan pintu saloon, dan ornamen lain khas dunia koboi. Belum lagi, ditambah karyawan yang lalu lalang dengan busana khas koboi lengkap dengan pistol-pistolan yang terselip di pinggang.

Begitu pula, dengan diva pop Indonesia Kris Dayanti yang baru-baru ini melempar album Cahaya tampak tampil inovatif dengan sentuhan nuansa country. Ia seperti tak ingin ketinggalan booming country.

Bagaimana sih serunya ber-country ria? "Asyik dan menyenangkan. Bayangkan, bapak-bapak berusia 70 tahunan dengan rambut putih yang muncul di sela-sela topi koboinya masih berjingkrakan nyanyi country. Musik country memang bikin awet muda," ujar Presiden Country Music Club of Indonesia (CMCI) Emir Rasyid sembari terbahak.

Dokter berusia 55 tahun ini bahkan sudah jatuh hati pada musik country sejak dirinya masih berusia 15 tahun. "Saya buat band dengan teman-teman waktu SMP di Palembang. Tapi, lagu yang saya mainkan kok arahnya ya ke country dari dulu. Keterusan deh," lanjutnya.

Tidak hanya musiknya yang membuat Emir jatuh hati, tapi juga gimmick tampil beda dari aksentuasi penampilan yang membuatnya tak bisa pindah ke lain hati.

"Meski profesi saya dokter, tapi saya ingin sesekali tampil santai untuk menghindari kejenuhan dengan menggunakan baju koboi. Saya sebenarnya memang tidak suka pakai baju terlalu resmi," sambungnya.

Gaya hidup apalagi yang bisa digeber dari musik country? Jawabannya, adalah line dance. Lihat saja komentar Governor CMCI Jawa Timur Sutjipto Gunawan, "CMCI Jatim anggotanya 200 orang dan 70% di antaranya malah ibu-ibu. Mereka suka sekali tarian line dance diiringi kami yang bernyanyi dan main musik country," ungkapnya.

CMCI yang saat ini memiliki anggota 1.000 orang itu terdiri dari para pencinta setia musik country, dan terbentuk dari kesamaan minat dan mempunyai visi untuk membuat musik dan buntut gaya hidupnya ini lebih mengkilap.

Dengan iuran Rp120.000/tahun para anggota CMCI bisa kongkow bareng dan dikirimi majalah Going Country dan newsletter.

"Tapi, buat kami yang di Jatim. Kami biasa kumpulkan Rp25.000/bulan. Rp120.000 diki-rimkan ke pusat, sisanya untuk kumpul di restoran dan kafe sebulan sekali. Kalau masih kurang lagi, ya nanti anggota urunan lagi," lanjut Sutjipto.

Dia menambahkan, keragaman profesi anggota CMCI Jatim, seperti anggota DPRD Malang, pengusaha, dokter, musisi, menunjukkan kuatnya persaudaraan di antara mereka. "Selain kumpul di restoran, kita juga biasa outbound bersama dan mengadakan aksi sosial," ujarnya.

Aksi sosial, menurut Emir, seperti bantuan bagi korban tsunami di Aceh dan Sumut dari CMCI,misalnya, mencapai Rp80 juta.

"Kalau boleh saya memberi kredit, maka Tantowi Yahya adalah orangnya. Kalau nggak ada Tanto-nama panggilan Tantowi - country nggak akan ditengok orang Indonesia. Country lebih mencuat sejak zaman Tanto," ujar Emir.

Lantas, kalau boleh dibagi masa-masa perkembangan musik country, saat ini sama dengan masa apa? "Masa keemasan ketiga. Dan ini adalah puncaknya," ujar Tantowi Yahya.

Tak heran, Tanto memang sudah merasakan madu dari jualan album country yang berjudul Hidupku Sunyi sebanyak 450.000 kopi. "Dan album berikutnya sebanyak 150.000 dan 70.000 kopi. Ini angin segar banget. Tapi, jangan bandingkan dengan musik Dewa atau Padi ya. Penggemar country kan masih segmented," tuturnya.

Bahkan, dia dinobatkan pula sebagai penyanyi balada country terbaik versi AMI Sharp Award 2001.

Namun, rupanya bukan karena alasan itu saja bos Ceepee Production ini mengungkapkan hal itu. "Dulu cuma lagu saja, tapi sekarang orang sudah tidak risih lagi pakai baju ala koboi. Gaya hidupnya banyak diikuti orang pula."

Tayangan televisi seperti Going Country di Metro TV dan Country Road di TVRI yang 'didalanginya' memang seakan jor-joran untuk dilirik.

"Masa keemasan country pada 1960-an hadir lewat Rahmat Kartolo. Tapi, masa itu dunia Barat belum menyebut musik country, tapi musik pop biasa dengan nada khas. Maka, Indonesia pun belum kenal country," tandas Tanto.

Pada era pertengahan 1970-an Indonesia mulai mengadaptasi Everly Brothers, Skitter Davis melalui Franky and Jane dan mulai mengusung nama country.

"Setelah itu mulai masa Ebiet G. Ade, Tom Slipi, Rita Rubi Hartlan, Iwan Fals, dan Doel Sumbang yang menjadi masa keemasan kedua," sambungnya.

Ekspatriat menurun

Sementara komunitas kaum ekspatriat yang nongkrong di kafe sambil menikmati musik country cenderung menurun. Salah satu faktor mempengaruhi adalah kejadian besar di Tanah Air sejak tiga tahun lalu seperti bom Bali, bom Hotel J.W Marriott dan terakhir Kedutaan Australia-Kuningan.

Akibatnya, komunitas penggemar musik country yang sebagian besar adalah ekspatriat Amerika terus menurun.

Menurut Asidi, Manager Amigos Caf? di Hero Kemang, penurunan itu terus terjadi hingga kini dan belum membaik. "Dulu saat ekspatriat asal negara bagian Texas masih banyak di Kemang, pecinta musik country sangat besar," paparnya.

Meski begitu, karena sejak awal Amigos sudah berangkat dengan konsep country sehingga tak heran jika maka hingga kini masih termasuk kafe yang paling fanatik dan berpengalaman mempertahankan image country.

Hal itu terlihat baik dalam hal aksesoris interior kafe, pakaian pelayan yang berbau cowboy hingga secara rutin mengadakan country night tiap Jumat malam.

"Tetapi siapa tahu Februari mendatang, mereka akan kembali sehingga komunitas ekpatriat pecinta country kembali seperti semula," ujarnya tetap optimistis. Alhasil sampai saat ini Amigos terus mempertahankan country night-nya.

Bukan hanya Amigos yang mengalami pergeseran, Caf? Bandoci yang sebelumnya merupakan pusat komunitas pecinta country, saat Bisnis mengujungi tempat itu malam awal pekan ini, kafe itu ternyata sudah berubah menjadi caf? yang menyajikan musik-musik R & B dan Top 40.

Sebaliknya Mpu Winodo, produser acara Country Road di TVRI, setiap Kamis malam-mengatakan dari segi rating acara ini cukup tinggi-menurut data AC Nielsen per 18 Desember 2004, khususnya penonton dari wilayah timur Indonesia sehingga acara ini terus dipertahankan.

"Kalau saya lihat sebenarnya mereka [komunitas musik country] ini kurang tempat apresiasi. Sehingga di acara inilah, mereka menemukan tempatnya," ujarnya.

Dari segi usia penggemar pun, saat ini, mulai beragam. Dari sebelumnya usia 40 tahun ke atas, kini musik ini mulai disukai anak muda dan mulai munculnya band country dengan pemain berusia muda.

Kalau komunitas ini dikelola dengan baik, kata Winodo, prospeknya besar untuk menjadi komunitas penggemar country yang baru.

1 komentar:

indra 23 Desember 2010 pukul 09.52  

Howdy!
Kalau boleh tahu CMCP ni dimana alamatnya?
Saya sekretaris merangkap Gubernur Chapter sementara CMCI Pekalongan,merasa senang ada sesama pecinta musik country.Dan saya sebagai pelatih Country Line Dance juga, ingin ada Band Country di Pekalongan supaya kalau ber CLD bisa diiringi live country music.Apa CMCP sebagai pecinta musik country punya Band Country?Thx

Posting Komentar

My Profile

Pekalongan, Jawa tengah, Indonesia
Komunitas Pecinta Musik Country

  ©Template by Dicas Blogger.